Articles
Pengolahan Air Limbah Domestik Kegiatan Hotel

Pengolahan Air Limbah Domestik Kegiatan Hotel

Oleh : Imam Rozali Fathar. citrabening. WA : 082128076793

          Hotel merupakan suatu bangunan yang sangat mudah dijumpai pada seluruh daerah, letaknya pun kadang berdekatan dengan lingkungan permukiman penduduk, lahan sawah dan irigasi. Kehadiran dan keberadaan hotel sangat diharapkan dapat memberi nilai tambah kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Hotel dapat memberikan dampak yang tidak hanya positif tetapi dapat juga bersifat negative  dimana ditandai terjadi penurunan kualitas lingkungan. Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah pencemaran air, yang berasal dari air limbah. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai, dapat berbentuk cair, gas dan padat [1].

          Air limbah yang berasal dari kegiatan domestik  dan industri telah menjadi masalah lingkungan yang serius saat ini. Jika limbah cair tidak dikelola secara benar, akan menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan. Pengolahan limbah cair dimaksudkan untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat terjadi, serta untuk menghilangkan atau menurunkan kadar polutan/bahan pencemar yang terkandung di dalamnya.

          Air limbah dari kegiatan hotel termasuk jenis air limbah domestik yang memiliki karakteristik organik, biasanya berasal dari air buangan yang berasal dari kegiatan dapur, toilet, wastafel dan sebagainya. Berdasarkan sifat yang dimiliki, karakteristik limbah organik dibagi menjadi tiga, yaitu (1) karakteristik fisika, yang meliputi padatan total, kekeruhan, bau, suhu, dan warna. (2) karakteristik kimia, meliputi protein (mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen serta pembentuk sel dan inti sel), karbohidrat (gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu yang terdiri dari unsur C, H, dan O), minyak adalah lemak yang bersifat cair, deterjen, dan phenol yang mempunyai sifat larut dalam air dan (3) karakteristik biologi, yang meliputi beberapa golongan mikroorganisme [2].

          Oleh karenanya, diperlukan system pengolahan air limbah yang benar sehingga kualitas lingkungan dapat terjaga. Adapun acuan baku mutu yang digunakan untuk menentukan kualitas air hasil pengolahan adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 tentang Baku Mutu Limbah Domestik. Parameter yang diamati adalah BOD, COD, TSS, pH, Minyak/Lemak, Amonia (NH3-N), Total Coliform. [3].

NOPARAMETERSATUANBAKU MUTU METODA ACUAN
    
1pH6,0 – 9,0SNI 6989.11-2019
2BOD5mg/l30SNI 6989.72:2009
3CODmg/l100SNI 6989.2-2019
4Padatan Tersuspensi Total (TSS)mg/l30SNI 6989.3:2019
5Minyak /Lemakmg/l5SNI 6989.10:2011
6Amonia (NH3-N)mg/l10SNI 06-6989.30-2005
7Total Coliformjml/100 ml3000APHA 9222-B-2017*

Berdasarkan sifat yang dimiliki, karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut  :

i. Karakteristik fisika,  terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :

  1. Total Suspended Solid (TSS), merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
  2. Warna, pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
  3. Kekeruhan, disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik, serta menunjukkan sifat optis air yang akan membatasi pencahayaan kedalam air.
  4. Temperatur, merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari-hari.
  5. Bau, disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah.

ii. Karateristik kimia

  1. Biological Oxygen Demand (BOD), atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat didalam air.
  2. Chemical Oxygen Demand (COD) , merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion).
  3. Minyak dan Lemak, merupakan bahan pencemar yang banyak ditemukan di berbagai perairan, salah satu sumber pencemarnya adalah dari agroindustri.
  4. pH, air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa.

iii. Karakteristik Biologi

                 Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air, parameter yang diukur adalah jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Pengolahan air limbah secara biologis dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan mikroorganisme untuk melakukan transformasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam air menjadi bentuk atau senyawa lain. Mikroorganisme mengkonsumsi bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya. (Metcalf and Eddy, 2003) [4].

       Limbah domestik biasanaya kaya akan material organik, seperti minyak dan lemak. Keberadaan minyak dan lemak dalam air limbah dapat menghambat proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme dan karena mikroorganisme membutuhkan oksigen terlarut dalam jumlah yang banyak untuk mendegradasi bahan organik tersebut, sehingga pasokan oksigen terlarut (DO) bagi kehidupan perairan menjadi berkurang.  Kebutuhan akan oksigen terlarut (DO) bagi mikroorganisme adalah untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat an-organik oleh mikro organisme. pH dalam perairan berkaitan langsung dengan kondisi oksigen terlarut dimana saat oksigen terlarut rendah maka pH cenderung akan turun. Untuk itu dibutuhkan bahan yang dapat digunakan untuk mengatur pH ke titik dimana mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga dapat secara aktif menguraikan limbah organik. Pada umumnya bakteri nitrifikasi, bakteri pengoksidasi amonia lebih menyukai lingkungan yang basa dengan tingkat pH optimal untuk pertumbuhan berkisar antara 7,5 sampai 8,5 (Imas et al., 1989). [5].  

                 Lingkungan memberikan pengaruh besar pada laju pertumbuhan mikroorganisme baik pada proses anaerobik maupun aerobik. Menurut Vegantara (2009) [6].  salah satu cara pengolahan limbah cair adalah dengan menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan sistem anaerobik. Kelebihan dari sistem pengolahan ini tidak memerlukan tempat yang luas serta memiliki biaya investasi yang lebih rendah, derajat stabilitas yang tinggi, produk lumpur rendah, kebutuhan nutrien rendah, dan dihasilkan gas metan yang dapat digunakan sebagai sumber energi.

                 Proses anaerobik  juga dapat menurunkan kadar COD, mendegradasi dan menurunkan kadar zat-zat organik yang terkandung dalam . Setiap penurunan kadar COD, BOD, TSS, maupun zat organik pada proses pengolahan limbah cair maka proses anaerobik paling besar peranannya dibandingkan proses aerobik. Hal ini dikarenakan proses anaerobik adalah proses multi tahap yang melibatkan bakteri anaerobik. Menurut Said (2002) [7]., hasil pengolahan dengan proses anaerobik masih menimbulkan sedikit bau dan efluen agak keruh serta berwarna kuning muda. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses secara aerobik agar kualitas efluen menjadi lebih baik dimana bau dapat dihilangkan dan air menjadi lebih bening.  

            Pengolahan limbah secara aerobik merupakan proses lanjutan dari proses anaerobik dan dalam proses aerob membutuhkan oksigen untuk kebutuhan bakteri. Penambahan oksigen dalam air limbah disebut aerasi, dapat dilakukan dengan memasukkan udara dari mesin aerator dan disalurkan melalui alat yang disebut. Jumlah pemakaian aerator dan jumlah bublle air diffuser disesuaikan dengan beban pencemar dalam air. Hal ini berkaitan dengan jumlah oksigen yang harus dimasukkan untuk proses pengolahan.

                 Pada kondisi aerobik terjadi proses nitrifikasi yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat (NH4+ —> NO3 ) dan pada kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (NO3 —–> N2 ). Peranan bakteri aerob sangat penting dalam proses ini.

                 Selanjutnya, sebelum air dibuang ke perairan umum masih perlu dilakukan proses klorinasi. Klorinasiadalah proses penambahan klorin (Cl2) atau hipoklorit pada air. Metode ini digunakan untuk membunuh bakteri dan mikroba tertentu di air. Secara khusus, klorinasi digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat ditularkan oleh mikroorganisme yang bersifat pathogen. Ketika terlarut dalam air, klorin berubah menjadi campuran setimbang dari klorin, asam hipoklorit (HOCl), dan asam klorida (HCl):

Cl2 + H2O is in equilibrium with HOCl + HCl

                 Selain menggunakan klorin, sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan berikut : Klorin dioksida, Ozonasi, Kloraminasi, Brominasi dan iodinisasi, dan Radiasi Ultraviolet (UV).

DAFTAR PUSTAKA

[1]   Y. Putra. “Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan Dalam Arsitektur),” SkripsiProgram Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara: Sumatera Utara (2011).

[2]   N.I. Milasari dan S.B. Ariyani. (2010). Pengolahan Limbah Cair Kadar COD Dan Fenol Tinggi Dengan Proses Anaerob Dan Pengaruh Mikronutrient Cu: Kasus Limbah Industri Jamu Tradisional. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. [Online] Available: http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab1-5_skripsi_nurita-sukma.pdf

[3]   Lampiran Peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016

[4]   Metcalf dan Eddy, Inc. 2003. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. McGraw-Hill, Inc: USA.

[5]   Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.G. Gunawan, dan Y. Setiadi. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Bogor: PAU IPB

[6].  Vegantara DA. 2009. Pengolahan limbah cair tapioka menggunakan kotoran sapi perah dengan sistem anaerobik. [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

[7].  Said, Nusa Idaman, dan Herlambang. 2002. Teknologi Pengolahan Air Limbah. BBPT. Jakarta.